Jumat, Desember 6, 2024
EKONOMI

Produksi Garam Nasional Masih Dibayangi Tingginya Curah Hujan

Gerbang Banten – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan hingga akhir 2017 curah hujan di wilayah Indonesia masih tinggi, meskipun tidak ada fenomena La Nina.

Kondisi tersebut turut mempengaruhi produksi garam nasional yang selama ini sangat tergantung pada cuaca.

Kepala Divisi Informasi Klimatologi Evi Lutfiati BMKG Evi Lutfiati menuturkan salah satu penyebab tingginya curah hujan lantaran musim kemarau mundur dari kondisi normal.

“Kondisi ini akan berpengaruh terhadap cuaca di Indonesia. Meskipun El Nino dan La Nina terpantau netral atau tidak ada, namun curah hujan masih cukup tinggi,” katanya Rabu (9/10/2017).

Dia menyebut kondisi cuaca pada tahun ini tidak seperti pada dua tahun belakangan ini. Pada 2015 terjadi fenomena El Nino yang menyebabkan terjadinya kekeringan di berbagai wilayah. Sebaliknya pada 2016 terjadi fenomena La Nina sehingga curah hujan tinggi.

“Meski begitu, kemungkinan produksi garam pada tahun ini masih akan terganggu oleh tingginya curah hujan,” ujarnya.

Terkait dengan masalah garam, pemerintah menyatakan akan melakukan importasi garam sebanyak 75.000 ton dari Australia dengan menugaskan PT Garam.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan menjelaskan, keputusan importasi garam diambil setelah melalui rapat dengan berbagai kementerian dan lembaga.

“Kebutuhan mendesak, kami tugaskan PT Garam impor garam bahan baku untuk garam konsumsi, itu istilahnya. Impor 75.000 ton setelah melakukan berbagai pertimbangan bersama antara kementerian dan lembaga yang dikoordinasi KKP tentang produksi dalam negeri,” kata Oke Nurwan di Kemendag, Jakarta, Jumat (28/7/2017).

Oke menjelaskan, pasokan tersebut dijadwalkan masuk melalui tiga pelabuhan antara lain Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Pelabuhan Belawan Sumatra, dan Pelabuhan Ciwandan Banten pada 10 Agustus 2017 mendatang.

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Brahmantya Satyamurti Poerwadi mengatakan, importasi garam dilakukan akibat terjadinya kelangkaan pasokan garam yang dipicu anomali cuaca yang tidak menentu.(irna)

 

Sumber : Kompas.com

Tinggalkan Balasan