Menyambut Hari Bahari dan Hari Tani, Faperta Untirta Gelar Diskusi Senja
Gerbang Banten, Serang – Pelataran parkir yang terletak di depan panggung teater terbuka Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, sore itu sudah mulai lenggang. Sebagian besar mahasiswa, dosen dan pegawai kampus yang terletak di pusat Ibu Kota Propinsi Banten tersebut sudah banyak yang meninggalkan kampus dan kembali ke rumah masing-masing.
Namun tidak dengan puluhan mahasiswa Fakultas Pertanian. Sore itu disaat matahari sudah mulai surut terbenam mereka berkumpul duduk santai melingkar diatas lantai, diiringi dengan hembusan angin sore yang memberikan kesegaran dan keceriaan bagi setiap peserta yang hadir. Tampak beberapa caping atau sejenis topi berbentuk kerucut yang biasa dipakai oleh para petani diletakan berjajar di depan peserta, juga baligo dan spandunk yang terpampang di panggung utama teater terbuka Untrita.
Ya sore itu Kamis 14 September 2017 puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) Fakultas Pertanian sengaja berkumpul, berdiskusi menyambut Hari Bahari dan Hari Tani yang jatuh pada tanggal 23 dan 24 September 2017. Diskusi senja itu bertemakan “Seberapa Pentingkah Peringatan Hari Bahari dan Hari Tani Bagi Mahasiswa Faperta Untirta ?”.
Diskusi diawali dengan penjelasan mengenai sejarah Hari Bahari oleh salah satu pembicara Decky Herdianto yang menjabat sebagai Sekjen Saung Tani Institute. Decky menjelaskan Hari Bahari yang ditetapkan pada setiap tanggal 23 September itu diperingati sebagai perayaan terhadap kesejahteraan nelayan di Indonesia. Hal ini tercantum dalam SK No.249 tahun 1964 yang dikeluarkan pada saat Musyawarah Nasional mengenai penentuan Hari Maritim Nasional yang kemudian berubah menjadi Hari Bahari.
Selain itu, Decky juga menjelaskan secara rinci mengenai cikal bakal ditetapkannya Hari Tani. Menurutnya Hari Tani yang diperingati pada setiap tanggal 24 September itu, karena pada bulan tersebut intensitas curah hujan cukup tinggi dan dipercaya oleh masyarakat sebagai tanda kesuburan dan waktu yang pas untuk bercocok tanam. Ditetapkannya Hari Tani di Indonesia bertepatan dengan disahkannya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) No.5 tahun 1950 dan ditetapkan melalui Keputusan Presiden No.169 tahun 1963 yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno ketika itu.
Pelaksanaan diskusi berjalan cukup dinamis dan interaktif yang pada akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan tentang pentingnya Peringatan Hari Tani dan Hari Bahari bagi generasi muda terutama mahasiswa Fakultas Pertanian. Apalagi Indonesia dikenal sebagai negara maritim terbesar di dunia dan sebagai negara agraris, Indonesia pernah berjaya dengan program swasembada pangannya, dengan demikian Hari Tani dan Hari Bahari bukan hanya sekedar perayaan yang bersifat seremonial, namun justru harus dijadikan sebagai momentum bagi peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan di Indonesia.
Selain itu peran mahasiswa sebagai kaum intelek, bisa memberikan kontribusi nyata dalam memberikan sumbangsihnya melalui jalinan komunikasi dengan kaum tani dan nelayan, memberikan bimbingan dan advokasi disaat mereka menghadapi masalah. Mahasiswa pertanian dituntut menemukan terobosan-terobosan baru dibidang pertanian dan kelautan, karena kedua sektor ini, merupakan modal besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur sebagaimana diamanatkan oleh para pendiri negeri ini. (Bgn/Hopip)