Data Statistik Kesehatan Mental Dan Kesejahteraan Era New Generasi
Anita Sari — Mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Pamulang PSDKU Serang
Serang, (gerbangbanten.co.id) — Kondisi kesehatan mental merupakan beban penyakit yang besar bagi remaja secara global. Pada tahun 2019, diperkirakan satu dari tujuh remaja mengalami gangguan jiwa. Jumlah ini diperkirakan berjumlah 166 juta remaja (89 juta laki-laki dan 77 juta perempuan) laki-laki dan perempuan di seluruh dunia.
Masa remaja merupakan masa kritis dan formatif dimana individu memulai transisinya dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Memastikan bahwa remaja mendapat dukungan penuh dalam semua aspek kehidupan, termasuk kesehatan mental dan kesejahteraan mereka, sangat penting untuk mendorong transisi ini dan meletakkan landasan bagi masa dewasa yang sehat dan produktif.
Dengan mempertimbangkan temuan-temuan ini dan temuan serupa, kesehatan mental semakin mendapat pengakuan sebagai komponen penting dalam agenda kesehatan global. Dalam Agenda Pembangunan Berkelanjutan, misalnya, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) target 3.4 bertujuan untuk mengurangi kematian dini akibat penyakit tidak menular melalui pencegahan dan pengobatan kondisi kesehatan mental serta melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan mental. Tujuan-tujuan ini sangat penting untuk mengurangi kematian yang dapat dicegah di kalangan remaja.
Estimates of number of mental disorders globally for girls and boys aged 10–14 and 15–19, 2019
Menyakiti diri sendiri merupakan salah satu penyebab utama kematian remaja
Menurut perkiraan terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia, bunuh diri adalah penyebab kematian terbesar keempat bagi remaja laki-laki dan perempuan berusia 15–19 tahun, setelah cedera di jalan raya, tuberkulosis, dan kekerasan antarpribadi. Bagi anak perempuan berusia 15–19 tahun, bunuh diri merupakan penyebab kematian ketiga terbesar setelah tuberkulosis dan kondisi ibu.
Diperlukan lebih banyak data dan bukti untuk memenuhi kebutuhan remaja dengan lebih baik
Meskipun terdapat peningkatan pengakuan secara global akan pentingnya kesehatan mental, momentum untuk mengambil tindakan melalui program dan kebijakan masih berjalan lambat. Ada kesepakatan umum bahwa salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kurangnya kemajuan ini adalah kurangnya data empiris mengenai kesehatan mental, termasuk data di kalangan remaja, pada tingkat populasi. Data yang digunakan saat ini untuk mengekstrapolasi perkiraan prevalensi dan beban gangguan mental remaja didasarkan pada beberapa penelitian yang sering kali memiliki sampel yang kecil dan tidak representatif, sehingga hanya memberikan gambaran yang sangat sempit tentang situasi saat ini. Beban sebenarnya dari gangguan kesehatan mental di kalangan remaja secara global mungkin lebih buruk dari perkiraan.
Peningkatan data dan bukti mengenai kesehatan mental di kalangan remaja, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, sangat dibutuhkan. Pembuatan informasi secara sistematis mengenai prevalensi dan beban kondisi kesehatan mental di kalangan remaja merupakan langkah penting dalam mengidentifikasi kebutuhan, menyesuaikan program dan intervensi secara tepat, serta secara efektif mempromosikan dan mengalokasikan sumber daya untuk program dan intervensi tersebut di tingkat nasional dan subnasional.
(i) Kondisi kesehatan mental meliputi gangguan kecemasan, gangguan depresi, skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan makan, gangguan spektrum autisme, gangguan defisit perhatian/hiperaktivitas, gangguan perilaku, disabilitas intelektual perkembangan idiopatik, dan gangguan mental lainnya.